Note{
Hei hei... Ini adalah seri Indo-mu keliru, seri yang bakal membahas (walau engga tuntas) tentang ke-salah kaprah-an dalam berbahasa Indonesia yang sudah biasa dilakukan. Semoga bermanfaat.
}
:D
Kita sering menjumpai penggunaan kata 'acuh' dalam berbagai hal seperti di: Koran.., TV.., majalah.., artikel (selain majalah dan koran).., cerita.., buku-buku.., cerpen-cerpen.., status-status di facebook.., ocehan-ocehan di twitter.., google+.., di puisi-puisi.., di pantun-pantun.., di lirik-lirik lagu.. (juga di lirik lagu demasih).., di slogan-slogan.., di belakang baju oblong.., di poster-poster.., di spanduk pinggir jalan.. (atau spanduk di atas jalan..), di perkataan temen-temen kita.., di ocehan saudara kita.., dan di banyak tempat lainnya...
Sayangnya, kebanyakan dari mereka tidak tepat dalam menggunakan kata 'acuh' tersebut, seperti:
"Kau acuhkan diriku lagi, itu sakiit banget" (?)
"Para orang pinter udah ngga peduli sama rakyat, mereka acuh sama rakyat" (?)
"Saat kau pergi dari sisiku, kau kupanggil-panggil, tapi tetap acuh begitu saja..."
"Jadi orang itu jangan acuh begitu saja.." dan masih banyak lagi, yang intinya, kalimat itu ingin mengungkapkan bahwa 'acuh' berarti tidak peduli.
"Kau sudah acuh kepadaku..." (mungkin maksudnya: kau sudah tak peduli padaku...)
:D
Jika kita buka Kamus Besar Bahasa Indonesia (saya buka aja kamus online nya), di situ dijelaskan kalau 'acuh' itu berarti 'peduli / mengindahkan'.
Di situ juga diberi contoh cara menggunakannya:
"Ia tidak -- akan larangan orang tuanya." yang maksudnya: "Ia tidak peduli akan larangan orang tuanya." atau "Ia tidak mengindahkan larangan orang tuanya."
Dulu saya juga sering hampir keliru memahami kata acuh ini karena --dan mungkin ini penyebab kebanyakan orang salah kaprah-- feel dari kata 'acuh' itu sendiri terkesan negatif, atau terdengar sebagai kata negatif. Seperti misalkan ketika kita mendengar kata.. apa ya... 'selingkuh'... atau 'pencuri'... atau 'mencibir'... atau apapun itu. Yang jelas seperti ketika kita mendengar sebuah kata yang seketika itu juga pikiran kita tertuju pada sesuatu yang negatif. Mungkin seperti itulah pandangan pikiran kita terhadap kata 'acuh'. Terkesan sebuah kata negatif, padahal sebaliknya, sebuah kata yang sangat positif.
Bayangkan saja, 'acuh' itu berarti peduli atau mengindahkan. Bukankah itu adalah sebuah kata yang sangat positif. Siapapun setuju ketika mendengar kata 'mengindahkan', dia akan langsung berpikir tentang sesuatu yang positif. hehe
Jadi mulai sekarang, kalau mau membuat puisi untuk sang pacar, atau mengkritisi politikus-politikus yang jahanam, atau membuat pantun pernikahan, atau membuat lagu-lagu sedih seperti punyanya demasih, jangan salah lagi yau...
Babai... :D
Hei hei... Ini adalah seri Indo-mu keliru, seri yang bakal membahas (walau engga tuntas) tentang ke-salah kaprah-an dalam berbahasa Indonesia yang sudah biasa dilakukan. Semoga bermanfaat.
}
:D
Kita sering menjumpai penggunaan kata 'acuh' dalam berbagai hal seperti di: Koran.., TV.., majalah.., artikel (selain majalah dan koran).., cerita.., buku-buku.., cerpen-cerpen.., status-status di facebook.., ocehan-ocehan di twitter.., google+.., di puisi-puisi.., di pantun-pantun.., di lirik-lirik lagu.. (juga di lirik lagu demasih).., di slogan-slogan.., di belakang baju oblong.., di poster-poster.., di spanduk pinggir jalan.. (atau spanduk di atas jalan..), di perkataan temen-temen kita.., di ocehan saudara kita.., dan di banyak tempat lainnya...
Sayangnya, kebanyakan dari mereka tidak tepat dalam menggunakan kata 'acuh' tersebut, seperti:
"Kau acuhkan diriku lagi, itu sakiit banget" (?)
"Para orang pinter udah ngga peduli sama rakyat, mereka acuh sama rakyat" (?)
"Saat kau pergi dari sisiku, kau kupanggil-panggil, tapi tetap acuh begitu saja..."
"Jadi orang itu jangan acuh begitu saja.." dan masih banyak lagi, yang intinya, kalimat itu ingin mengungkapkan bahwa 'acuh' berarti tidak peduli.
"Kau sudah acuh kepadaku..." (mungkin maksudnya: kau sudah tak peduli padaku...)
:D
Jika kita buka Kamus Besar Bahasa Indonesia (saya buka aja kamus online nya), di situ dijelaskan kalau 'acuh' itu berarti 'peduli / mengindahkan'.
Di situ juga diberi contoh cara menggunakannya:
"Ia tidak -- akan larangan orang tuanya." yang maksudnya: "Ia tidak peduli akan larangan orang tuanya." atau "Ia tidak mengindahkan larangan orang tuanya."
Dulu saya juga sering hampir keliru memahami kata acuh ini karena --dan mungkin ini penyebab kebanyakan orang salah kaprah-- feel dari kata 'acuh' itu sendiri terkesan negatif, atau terdengar sebagai kata negatif. Seperti misalkan ketika kita mendengar kata.. apa ya... 'selingkuh'... atau 'pencuri'... atau 'mencibir'... atau apapun itu. Yang jelas seperti ketika kita mendengar sebuah kata yang seketika itu juga pikiran kita tertuju pada sesuatu yang negatif. Mungkin seperti itulah pandangan pikiran kita terhadap kata 'acuh'. Terkesan sebuah kata negatif, padahal sebaliknya, sebuah kata yang sangat positif.
Bayangkan saja, 'acuh' itu berarti peduli atau mengindahkan. Bukankah itu adalah sebuah kata yang sangat positif. Siapapun setuju ketika mendengar kata 'mengindahkan', dia akan langsung berpikir tentang sesuatu yang positif. hehe
Jadi mulai sekarang, kalau mau membuat puisi untuk sang pacar, atau mengkritisi politikus-politikus yang jahanam, atau membuat pantun pernikahan, atau membuat lagu-lagu sedih seperti punyanya demasih, jangan salah lagi yau...
Babai... :D
Comments
Post a Comment