Skip to main content

Calo, Masih Ada!

Suatu ketika aku harus berurusan dengan polisi. Bukan karena ditilang nggak pakai helm atau lampu motor nggak nyala karena aku ngga punya motor. Tapi untuk memperpanjang SIM yang akan habis masa berlakunya besok. Jadi aku berangkat ke polsek lalu lintas yang ada di jalan Jawa.
Persyaratan untuk memperpanjang SIM sebenarnya tidak banyak dan tidak rumit. Hanya dibutuhkan foto copy KTP dan SIM dan surat keterangan sehat jasmani. Malangnya aku nggak tahu kalau butuh surat keterangan sehat jasmani, jadi aku harus buat dulu. Haissh, ribet amat!!! #kesal #padahalNggakRibetAmatSih #cumaCapek
Jadilah aku harus ke tempat checkup yang untungnya nggak terlalu jauh. Nah, pas aku lagi mau nyeberang, tiba-tiba ada bapak paruh baya menghampiriku. Awalnya ku kira bapaknya mau markir mobil di belakangku jadi aku minggir. Tapi ku lihat ngga ada mobil.
"Mas, mau bikin?" Kata bapaknya.
Aku bingung, agak lelet mikir. Soalnya masih ngira kalau bapaknya nggak lagi ngomong ke aku.
"Mau bikin SIM?"
"Perpanjang, Pak."
"Langsung foto 350rb, Mas." Katanya sambil memintaku ngikutin bapaknya. "Sini Mas."
Bapaknya minggir ke bawah pohon. Di situ ada bapak yang lebih muda dan agak gendut duduk manis. Aku masih nggak mudeng, kukira petugas yang bantuin orang yang mau bikin sim, jadi aku ikutin aja bapaknya.
"Kalau mau langsung jadi 350rb. Masnya cuma tinggal nungguin foto aja." Katanya.
Entah apa yang lagi kepikiran di kepala, tapi aku masih nggak mudeng juga.
"Mas mau bikin sim?"
"Perpanjang Pak."
"350rb Mas."
"Heh?"
"Mas cuma tinggal foto aja."
"Bayar sekarang?"
"Iya."
Aku bingung, soalnya kata mbak tadi disuruh bikin surat keterangan kesehatan. Kok tiba-tiba diminta bayar 350 rb.
"Tapi katanya saya disuruh bikin surat keterangan sehat dulu, Pak." Jawabku polos.
"Iya kalau mau ngurus sendiri. Mas mau ngurus sendiri?"
"Iya Pak."
"Oh ya sudah."
Pas aku balik dari checkup ke loket perpanjangan sim, tiba-tiba aku merinding. Baru sadar kalau aku baru ketemu calo untuk pertama kali. Untung kok aku ngga bayar ke bapaknya. #hihihi
Alhamdulillah proses perpanjang berjalan lancar...

Comments

Popular posts from this blog

Derita Laptop Ganti: Sahabat Lama Menjadi Asing Bagiku

Sekitar satu tahun yang lalu, aku dan kakakku Mba Lala , tukeran laptop karena ada sedikit masalah dengan OS laptop mba lala, jadi aku memutuskan untuk membawanya buat dibenerin di comlabs aja. Satu tahun berlalu, hari demi hari aku lalui bersama laptop mba lala itu. Susah dan duka (susah dan duka ?) aku lalui bersama laptop toshiba hitam berkulit berudu. Ada kalanya seneng, ada kalanya juga engga. Ada kalanya dia responsif, tapi ada kalanya juga bebel ngambek engga nurut gerakan jari jemari yang bikin hati kesel. Tapi lebih dari itu, tanpa terasa ikatan batin antara aku dan laptop yang engga bisa aktifin bluetooth itu terjalin begitu kuat. Aku seolah tahu dimana letak file movie hanya mengklik ini dan itu dengan mata terpejam bahkan sambil tidur dan mimpi lelap. Aku sudah terbiasa dengan tata letak, environment, dan workspace yang terbangun didalamnya. Dan yang paling penting, laptop tipe satelite itu telah membantuku dalam menyelesaikan berbagai badai tubes dan tucil, membantuku di...

Korps Dai Mahasiswa (KDM) Salman ITB

Dai Corps Students, or shortened to KDM Salman ITB , is a recitation of activities held at Salman Mosque and intended for ITB students and also public. Located in the South Corridor Salman Mosque, KDM Salman ITB is trying to bring teaching activities with the concept of traditional pesantren (traditional boarding school). With meetings every day after dhuhur, the students who take part in this Salman KDM get the study material by using the yellow books (kitab kuning) as a handle, as in the traditional pesantren. Teachers who bring the study also vary depending on the items of its study, they are ustadzs from Salman mosque itself. KDM Salman ITB appears to address concerns some students, as well as some ustadzs in mosques Salman, who feel that it is necessary to foster student containers in religious matters. It is motivated by the proliferation of such activities 'mentoring' on campus. But the mentor who brought the material (ie students) were deemed less or even not ...

Lakukan Apapun yang Menjadi Renjana-mu Meskipun Hidupmu Semenjana

Judul di atas mungkin sedikit sulit diartikan atau bahkan membingungkan bagi kita. Mungkin ada juga yang mengira kalau aku menyisipkan kata-kata asing atau apa. Padahal sebenarnya, semua deretan kata dalam judul diatas murni bahasa kita tercinta, Bahasa Indonesia. Ya, semuanya kata asli Indonesia. Hanya saja kita tidak terbiasa menggunakannya yang membuat kita merasa asing. Padahal jika aku ganti dengan kata asing, kalimat itu justru tidak asing. Ini nih: "Lakukan Apapun yang Menjadi Passion -Mu Meskipun Hidupmu Biasa-biasa Saja ". Sekarang jauh lebih mudah dimengerti kan? Terlepas apakah kalimat itu punya makna atau tidak, akan tetapi, kita lebih mudah mencerna setiap kata dalam kalimat itu. Hal ini memang miris mengingat kita lebih kenal dan lebih dekat dengan bahasa asing dari pada bahasa asli sendiri yang membuat kita merasa asing dengan bahasa sendiri dan bahasa asing malah tidak terasa asing karena sering kita gunakan. #mbulet-mbulet kalimatnya Sis: "Bro, ...